Judul Buku : Neraka Dunia
Pengarang : Nur Sutan Iskandar
Penerbit : Balai Pustaka, Jakarta
Tahun : 1937, Cetakan V 2000
Jumlah Halaman : viii + 166 Halaman
Neraka Dunia, Itulah nama yang Nur Sutan Iskandar berikan pada novel karyanya yang ke sekian. Menarik memang, dari judulnya saja dapat kita bayangkan isi dari novel tersebut, mungkin mengenai kesengsaraan yang didapat ketika hidup di dunia, tentunya novel ini memiliki makna-makna penting dalam menjalani hidup didunia. Dari situ muncul keinginan Saya untuk membacanya hingga selesai, selain memenuhi tugas juga untuk menambah pengetahuan tentang arti hidup ini.
Ternyata perkiraan saya tidak meleset. Novel ini memang menceritakan tentang kisah sedih seorang pemuda bernama Ahmad Salam Bin Haji Munir, seorang pengusaha muda yang sukses meneruskan toko Ayahnya dalam menjual Perkakas Rumah. Di masa mudanya Ia memiliki kenangan yang kelam. Kebebasan yang orang tuanya berikan membuatnya hidup tidak karuan, setiap malam ia pergi keluar untuk mencari kesenangan sesaat. Hal itu sering ia lakukan, hingga ia bertemu dengan Siti Delima, seorang anak komidi bangsawan. Bersamanya ia pergi sampai ke Surabaya. Namun disana ia ditinggalkan begitu saja oleh Siti Delima. Lalu bertemu dengan Sulastri, kejadian bersama Siti Delima kembali terulang, Sulastri menghilang tanpa jejak.
Semenjak itu ia sering mengunjungi Hotel Merdeka, tempat kesenangan dunia sesaat. Saking seringnya, ia menderita penyakit berbahaya, raja singa, alias sipilis. Penyakit itu pun yang membuatnya urung mencari pendamping hidup. Namun kecantikan Aisah membuat hatinya tergoda, akhirnya ia menikah dengan Aisah dengan penuh cinta dan kebahagiaan, tanpa memberitahukan penyakit yang dideritanya, karena takut Aisah menolaknya.
Buah hati yang diharapkan pun akan segera menemani hidupnya, namun penyakit lama yang ia derita, selalu menghantuinya dan membuat ia takut terjadi sesuatu pada anak dan istrinya tercinta. Semakin tua kandungan Aisah, kondisinya semakin lemah. Sebelum melahirkan, Aisah ditingal pergi oleh Ayahnya untuk selamanya dan membuat kondisinya semakin lemah. Anak yang dilahirkannya pun tidak begitu sehat, belum sebulan hidup didunia anak itu kembali mengahadap Sang Pencipta. Sementara Aisah hilang kesadaran dan membuatnya hampir gila, Aisah benci pada A. Salam yang telah membohonginya dan membuat hidupnya sengsara. Namun persaan cintalah yang membuat Aisah dan Ahmad Salam terus hidup bersama.
Dari kisah ini saya dapat mengambil amanat, bahwa dalam hidup ini pasti selalu ada godaan yang mengajak Kita pada lubang kehancuran, karena itu panadai-pandailah Kita menghindari godaan itu, jangan sampai orang-orang yang kita cintai ikut menderita akibat langkah kita yang salah. Keterbukaan menjadi kunci dalam hidup berbahagi. jika tidak, rahasia yang Kita sembunyikan akan nampak setelah sesuatu yang buruk terjadi, setelah semua terlambat terungkap.
Dalam novel ini alur yang digunakan adalah alur campuran, meskipun alur maju yang dominan, namun flashback yang Nur Sutan terapkan sungguh sangat memukau para pembaca. Beliau dapat menggambarkan tokoh dengan begitu jelas. A. Salam misalnya, tokoh utama dalam novel ini, memiliki sifat gigih dalam bekerja, imannya masih labil di usia muda, meskipun memiliki cinta yang tulus namun sifatnya yang tertutup membuatnya hidup menderita didunia. Sementara Aisah, sosok wanita yang sempurna menurut saya, disamping cantik dan sholehah, ia penyayang, perhatian, penyabar dan kesetiannya begitu luar biasa pada suaminya. (Idaman para lelaki, tentunya). Pantas saja dalam cerita ini banyak Pria yang mendambakannya.
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini memang dominan bahasa melayu, itu wajar terlebih karena cetakan pertamanya tahun 37’, waktu dimana bahasa melayu masih menjadi bahasa pengantar karya sastra Indonesia. Meskipun dalam novel bertebal 166 halaman ini banyak istilah Bahasa Belanda, namun itu tidak mempengaruhi pengimajinasian pembaca. Toh dibagian bawah buku ini dicantumkan arti dari istilah tersebut.
Banyak hal menarik dalam novel ini, sambungan antar bagian cerita tersusun begitu apik, permainan perasaannya sangat menyentuh hati apalagi novel ini ‘sad ending’, amanat yang tersimpan pun begitu mendalam dan bermanfaat bagi kita. Serta pembawaan cerita khas Nur Sutan menambah nilai tersendiri bagi novel ini. Secara keseluruhan, penilaian Saya terhadap novel ini hampir sempurna, karena Saya tidak menemukan keganjalan ataupun kekurangan dari novel ini. Mungkin karena Saya bukan kritikus yang handal, tapi pendapat seseorang pastilah berbeda, Saya memiliki hak untuk itu.
Begitulah ulasan yang saya mampu berikan terhadap novel karya sastrawan asal Minangkabau ini, yang tercatat sebagai Sastrawan terproduktif diangkatannya, NUR SUTAN ISKANDAR.