gravatar

{Ponsel berbasis Android di Indonesia

Jakarta – Dalam beberapa bulan ke depan vendor terkemuka akan mengeluarkan ponsel berbasis sistem operasi Android di Indonesia. Sebagai sistem operasi baru, Android disinyalir lebih aman termasuk jika dibandingkan BlackBerry.

Vendor ponsel terkemuka, beberapa bulan ke depan akan mulai mengeluarkan ponsel berbasis Android. Samsung, Sony Ericsson dan HTC adalah produsen ponsel yang menyatakan sinyal positif kehadiran sistem operasi open-source itu dalam perangkat kerasnya.
Berbagai sistem operasi terdahulu terbukti memiliki celah keamanan yang bisa dimanfaatkan penjahat dunia maya untuk meretasnya. Windows Mobile dan Symbian sebagai pemimpin pasar sistem operasi ponsel, telah banyak menuai virus dan malware.
Android sebagai satu sistem operasi teranyar dikhawatirkan juga mengalami hal serupa. “Tidak ada sistem yang benar-benar aman, Android yang berbasis open-source terlihat aman karena pengguna belum banyak mencari kelemahan sistem Android,” papar Senior Technical Consultant Symantec Andy Darmawan kemarin di Jakarta.
Menurutnya, Windows Mobile banyak terkena virus karena mereka adalah sistem operasi yang paling banyak digunakan saat ini. “Jadi para peretas tentu saja mencari perhatian dan pangsa pengguna sistem operasi terbesar,” timpalnya.
Dengan bergulirnya Android, banyak kalangan menunggu apakah sistem operasi ini memiliki celah keamanan yang bisa digunakan untuk tujuan jahat. Secara teori, sistem operasi apapun berpotensi terkena virus asalkan beberapa persyaratan mendasar terpenuhi.
Pertama adanya aplikasi pihak ketiga yang banyak ditawarkan oleh pengembang independen, kedua ada bahasa pemrograman yang mudah dipelajari dan dipahami oleh orang lain, dan ketiga pangsa pasarnya harus besar. Jika syarat tersebut belum terpenuhi maka akan relatif sulit untuk menembus Android.
“Android dalam satu-dua tahun ini, tidak akan ada gangguan virus dan relatif aman namun harus tetap juga dilihat perkembangannya apakah mampu menyaingi Symbian atau BlackBerry bahkan jika mungkin Windows,” ujar Spesialis Anti Virus Alfons Tanujaya.
Semakin banyak pengguna sebuah sistem operasi, semakin mudah dikenali dan dicari sisi kelemahannya. Maka Android harus besar terlebih dulu, agar berpotensi terserang virus maupun malware. Android juga menggunakan sistem Java yang penggunanya sangat banyak, namun jika pangsa pasar tidak besar, pembuat virus tidak akan tertarik.
“Jika perbandingan jumlah sistem operasi yang digunakan satu juta orang dengan 50 juta orang maka pembuat virus akan menyerang pihak market leader. Memang tidak ada jaminan bahwa tidak harus selalu market leader yang menjadi incaran,” jelas Alfons.
Ia menambahkan di dunia programming biasanya 10% berisi oknum iseng dan berniat membuat virus. Sehingga ketika semakin banyak pengguna suatu sistem operasi, maka pembuat virusnya juga bertambah.
Namun sistem open-source seperti pada Android memiliki kelebihan. Sifatnya yang terbuka dan dapat dikembangkan komunitas IT sehingga penjagaan Android akan lebih besar daripada sistem operasi lainnya.
“Justru open-source ini positif karena jika ditemukan celah keamanan, komunitas IT akan bahu-membahu menambal, sedangkan sisi lainnya open-source sistemnya gratis maka tidak akan ada yang bertanggung jawab,” tandas Alfons.
BlackBerry dan iPhone sejauh ini tercatat lebih aman dari virus, namun potensinya tetap ada. “Tapi dalam level sistem operasi sama halnya dengan Symbian dan Windows maka Android sejauh ini relatif lebih aman. Simpati psikologis Android dengan open-sourcenya akan memiliki dampak lebih baik juga bagi para pembuat virus dan pengguna,” ujar Alfons.
Andy Darmawan menilai pendidikan keamanan pada masyarakat harus senantiasa diberikan karena tidak ada satu pun perangkat lunak yang aman. Seperti di www.securityfocus.com bisa ditemukan celah keamanan dari setiap perangkat lunak yang bertambah setiap harinya.
“Setiap orang harus hati-hati menggunakan internet maupun berbagai aplikasi bahkan jika Windows dikatakan tidak aman justru Symantec menggunakan Windows di setiap kegiatannya. Yang terpenting adalah faktor pengguna, sistem operasi hanyalah alat bantu,” imbuhnya.
“Jika Android berhasil di pasar sistem operasi, ada dua potensi yang sama besar, yakni buruknya akan menjadi sasaran baru para peretas dan baiknya akan banyak yang melindungi karena nyaman dan mudah digunakan,” tambahnya. Ia mengatakan penggunaan handset dengan sistem Android untuk mengakses sistem perbankan relatif aman karena alasan sesama sistem operasi.
“Perbankan Indonesia cukup ketat dalam menyeleksi penggunaan sebuah sistem operasi agar tidak mudah dibobol. Mereka mempertimbangkan baik-buruknya terlebih dahulu agar kejahatan perbankan melalui internet tidak mudah terjadi lagi,” katanya.
“Penggunaan e-banking aman dengan Android karena sifatnya yang baru sehingga celah keamanan belum ditemukan para peretas,” tambah Alfons. [mdr]